Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Advertisement

Advertisement

KISAH MISTERI ANAK INDIGO DAN TUMBAL PESUGIHAN

KISAH MISTERI ANAK INDIGO DAN TUMBAL PESUGIHAN


KISAH HOROR - ANAK INDIGO DAN TUMBAL PESUGIHAN - Sejak berusia empat tahun, Aku seringkali melihat makhluk tak kasat mata. Yakni melihat hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang tidak semua orang bisa menyaksikannya. Aku melihat dunia lain disekitarku. Mereka dalam jumlah yang sangat banyak. Ada yang berjalan pincang, Ada yang merangkak, Mengesot, Terbang, Serta bergelantungan dipohon. Bentuknya pun beraneka ragam dan warna.

Ada yang bertubuh manusia berkepala hewan ataupun sebaliknya Ada yang berwajah sangat cantik, Adapula yang wajahnya hancur berlumur darah. Mereka tidak memiliki standart tertentu. Oleh karena itu terkadang aku merasa ketakutan jika bertemu dengan makhluk halus yang berwajah seram. Namun kedua orangtua, Kakak, tidak mampu melihat apa yang aku lihat. Suatu hari aku bermain bersama teman-teman pulang dari sekolah melewati jalan raya. Pandanganku dikejutkan dengan adanya makhluk halus berpostur tinggi dan besar duduk didepan pabrik sembari menselonjorkan kakinya kejalan. Aku pun segera memberitahu temanku.

KISAH MISTERI
ANAK INDIGO

“Ayuk. Lihat ada jin yang mau menjegal orang lewat!”.

Ketiga temanku menoleh kekanan dan kekiri. Kedepan dan kebelakang mencari apa yang kumaksud. Namun mereka tidak tau.

“Ihh.. Mana sih gak ada kok!”. Bantah Ayuk.

“Iya nih. Lagian mana ada hantu disiang bolong”. Ujar Gilang.

Lalu mereka pun menertawakanku dengan terbahak-bahak.

“Bismillahirohmanirrohim”. 

Tak lupa aku membaca bismillah beserta sholawat memohon agar diberikan keselamatan seperti yang diajarkan Bu Ustadzah.Alhamdulillah aku dan teman-teman melewati makhluk tersebut dengan selamat. Bahkan dia meminggirkan kaki besarnya saat kami lewat. Sesudah kami lewat dia kembali menselonjorkan kakinya kejalan raya. Sesampai dirumah Ibu menyambutku, Menyiapkan aku makan siang. Lalu aku menceritakan apa yang aku lihat barusan kepada Ibu. Ibu pun menjawab.

“Nak. Ibu percaya kamu berkata jujur. Tapi tidak semua yang kamu lihat bisa langsung kamu ceritakan pada oranglain. Karena mereka belum tentu melihat hal yang sama seperti kamu. Jadi kalau mereka menertawakanmu ya jangan salahkan mereka. Lainkali daripada menceritakan apa yang kamu lihat kepada orang yang tidak tahu alangkah lebih baik kamu ajak saja mereka berdoa bersama. Inshaallah biarpun tidak melihat secara tak kasat mata kalau berdoa sama Allah pasti diberi keselamatan”.

“Baik bu, Aku paham.” Kataku puas dengan jawaban Ibu. Setelah makan aku segera sholat Dzuhur berjamaah dimasjid. Sepulang dari masjid, Kudengar mobil ambulan melaju kencang

“Astagfirlohaladzim. Astagfirlohaladzim. Ibu-ibu dijalan raya depan pabrik pinggir kantor kecamatan ada kecelakan maut. Korban meninggal dunia ditempat.” Kata Bu Salamah dengan nafas ngos-ngosan. 

“Innalihaiwainnailaihi roziun.” Ucapku dan juga warga yang lain. “Kira-kira korbannya orang mana bu Salamah?” Tanya Ibuku. “Wah kalau itu masih dalam penyidikan polisi.” Jawab Bu Salamah. 

“Bagaimana kalau kita ketempat lokasi, Siapa tahu kenal sama korbannya.” Ujar Bu Diyah. “Hayuk. Kita kesana sama-sama”.

Aku pun berjalan tertatih-tatih mengikuti langkah kaki ibu-ibu yang melaju kencang. Ditengah perjalanan aku mampir buang hajat di WC umum sebelum melanjutkan menyusul ibu-ibu tadi. Setelah buang air. Aku melihat Kak Pipit (kakak pembina pramuka) menangis. Aku menghampirinya dan menanyakan kenapa ia menangis.

“Dik. Tolong aku. Tolong aku!” kata Kak Pipit. “Iya kak. Ada apa? Tenang dulu, Aku pasti bantu.” Kataku sambil merangkul bahunya. Kak Pipit tidak menjawab.

Dia malah menggandengku dan membawaku berjalan. Tanpa basa-basi aku mengikutinya saja karena diantara kami sudah begitu akrab. Namun kali ini ada yang berbeda dari Kak pipit. Wajahnya sangat pucat, Tangannya begitu dingin. Ternyata Kak Pipit mengajakku ke jalanraya depan pabrik tepat kecelakaan yang barusan terjadi. Banyak orang yang mengerumuni korban. Beberapa polisi sudah ada di TKP. Korban sudah ditutupi kardus terkapar dijalan raya. Kak Pipit menunjuk kearah sana. Hatiku merasa sangat tidak enak. Aku segera berlari ingin mencari tahu siapa korban tersebut. Apakah korban saudara Kak Pipit.

“Berdasarkan data yang ditemukan yaitu Kartu pelajar dari SMA Ranu Rejo atasnama Pipit Anggraini, Alamat Perumahan Bumi Asri Ranu Rejo Blok A. Jenis kelamin perempuan. Kelahiran 2005 berarti sekarang berusia tujuhbelas tahun.” Terang salahsatu Polisi.

   
KECELAKAAN TUMBAL PROYEK
KORBAN PESUGIHAN


Degg!.Aku terkejut bukan main. Aku tau betul identitas tersebut adalah Kak Pipit. Kakak pembinaku yang barusan bertemu denganku. Tapi bagaimana mungkin. Kak Pipit masih bersamaku saat aku melihat korban sudah meninggal dunia. Tanpa basa-basi aku segera membuka kardus yang menutupi korban. 

Degg!! Kak pipit. Ini benar-benar fisik Kak Pipit. Seketika airmataku tumpah. Aku benar-benar tidak percaya. Lalu Pak Polisi meminta aku menepi. Jasad Kak Pipit segera diangkut ambulan untuk diautopsi. Lantas siapakah gadis yang bersamaku tadi. Aku masih melihatnya menangis sedangkan makhlus halus tinggi besar yang menselonjorkan kakinya dijalanraya membawa paksa dia.

Semua orang tidak ada yang tahu. Aku menyimpulkan bahwa terjadinya kecelakaan tidak terlepas dari adanya makhluk halus tersebut. Konon kata orang-orang terdahulu setiap tahun didepan pabrik terjadi kecelakaan yang menjadi tumbal pesugihan. Aku tidak menceritakan pengalaman ini kepada siapapun. Cukuplah aku berdoa.


“Ya Allah lindungilah Kak Pipit. Selamatkan dia.” Kulanjutkan dengan Al Fatikha, Ayat Kursi dan Sholawat.

Tiba-tiba makhuk halus itu merasa kepanasan. Tubuhnya terbakar sehingga melepaskan arwah Kak Pipit. Lalu pintu langit terbuka hingga beberapa lapis. Kulihat Kak Pipit mengucap selamat tinggal dan terbang kelangit. Lalu langit pun menutup kembali. Aku pun sedikit lebih lega karena dia tidak jadi dibawa pergi oleh makhluk halus tersebut. Semoga dia tenang disisi Tuhannya.
  •  KARYA : INTAN CAHYA